Just Share...
Penelitian
lima tahunan tentang peluang dan tantangan pembangunan keimanan di kalangan
pemuda Kristen yang dilakukan oleh The Barna Group menyebutkan,
ada 6 faktor yang menyebabkan anak-anak muda malas pergi ke gereja.
Menurut
anak-anak muda di Amerika Serikat, sebagaimana dilansir dalam laman situs
Barna, gereja kelihatan overprotective. Seperempat dari anak muda berusia 18-29
tahun mengatakan, “Ajaran Kristen menganggap buruk semua yang di luar gereja.”
Sekitar 22% menilai, “gereja mengabaikan masalah yang ada di kehidupan nyata.”
Sedangkan 18% anak muda bilang bahwa gereja terlalu khawatir akan bahaya film,
musik dan video games.
Alasan kedua
para pemuda meningalkan gereja adalah karena pengalaman mereka selama berada di
gereja kurang berkesan. “Gereja membosankan,” kata 31% pemuda. “Iman Kristen
tidak sesuai dengan kebutuhan dan karir saya,” kata 24% anak-anak muda usia
itu. “Cara pengajaran Bibel tidak jelas,” kata 23% pemuda. Dan yang lebih
parah, 20% pemuda mengaku tidak merasakan kehadiran Tuhan di gereja.
Faktor
ketiga yang membuat pemuda enggan pergi ke gereja adalah karena ajaran kristen
anti ilmu pengetahuan. “Umat Kristen terlalu merasa percaya diri bahwa mereka
serba tahu,” kata 35% pemuda. Menurut tiga dari sepuluh pemuda, gereja
melepaskan diri dari dunia ilmiah di mana mereka hidup. Sementara ¼ pemuda
lainnya merasa gereja anti ilmu pengetahuan. Sedangkan 23% dari mereka merasa
“telah dimatikan dengan adanya perdebatan paham penciptaan versus evolusi.”
Tidak sedikit anak-anak muda yang harus berjuang keras mempertahankan keyakinan
terhadap ajaran Kristen sekaligus menjalani kehidupan profesional mereka di
industri yang berhubungan dengan sains.
Faktor
keempat, gereja memandang masalah seksual secara simplistik dan menghakimi. Di
satu sisi para pemuda ingin menikamti kehidupan seks, mengakses materi-materi
pornografi, tetapi di sisi lain gereja menyuruh mereka untuk menjaga
kesuciannya. Jika melakukan kesalahan, para pemuda merasa gereja menghakimi
mereka. Sementara bagi 40% pemuda, pengajaran gereja soal masalah seks dan
pengendalian kelahiran dinilai ketinggalan zaman.
Faktor
kelima, gereja dinilai eksklusif. Pemuda Amerika yang dibesarkan dalam budaya
mengagungkan pemikiran terbuka, toleransi dan penerimaan, harus berhadapan
dengan gereja yang eksklusif. Seperlima pemuda mengatakan, “Gereja seperti
country club, yang hanya diperuntukkan bagi orang dalam.” Sebanyak 29% pemuda
mengatakan bahwa gereja takut dengan agama lain. Banyak pemuda merasa dipaksa
untuk memilih antara teman atau agamanya.
Faktor
terakhir yang membuat pemuda tidak mau pergi ke gereja adalah karena gereja
tidak ramah terhadap orang-orang yang meragukanya. Para pemuda merasa tidak
aman untuk mengakui bahwa kadang-kadang ajaran Kristen tidak masuk akal. Mereka
tidak bisa mengungkapkan berbagai pertanyaan yang terpendam tentang gereja dan
ajarannya. Para pemuda (23%) tidak bisa mengungkapkan keraguan ilmiah atas
agamanya itu. Ada juga yang merasa bahwa keimanannya pada ajaran Kristen tidak
bisa membantu mengatasi depresi atau masalah mental yang dihadapinya.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar